Kidung kacer merupakan sebuah isyarat tentang doa untuk meminta pertolongan pada Tuhan yang maha Esa. Kidung ini sering dilantunkan manakala terjadi perubahan yang ekstrim di sekitar gunung. Kidung dilantunkan khusus untuk menenangkan gunung tersebut.
Memang terlihat ada sisi mistis jika dikaitkan dengan budaya Jawa. Tetapi jika ditelusuri lebih dalam, kidung ini merupakan serapan makna yang terkandung dalam sebuah ayat suci Alquran. Begitu penuturan dari ulama kondang bernama Gus Muwafiq.
Orang Yang Populer Melantunkan Kidung Kacer
Kidung dipahami sebuah kalimat-kalimat yang memiliki nilai tersendiri. Kalimat ini dilantunkan dan dipercayai sebagai sarana untuk meminta pertolongan. Terkhusus kidung yang berorientasi pada permintaan, tentunya permintaan ini disandarkan langsung pada yang maha kuasa.
Bicara mengenai kidung, istilah ini sangat lekat dengan budaya Jawa. Ini bisa berupa sebuah kalimat-kalimat yang disakralkan, bisa juga kalimat yang berisi dengan irama namun memiliki kesan mendalam.
Kami sendiri tidak bisa menjabarkannya dengan hal yang sebenarnya. Ini hanya kemungkinan saja. Kidung tak ubahnya sebagai sebuah lantunan doa yang dibahasakan secara halus untuk meminta pada yang memiliki kekuasaan penuh.
Dalam kidung kacer ini, jelasnya adalah sebuah doa yang ditujukan untuk meminta pertolongan pada yang maha kuasa. Doa ini terus dipanjatkan manakala terjadi kondisi yang sangat ekstrim. Terutama yang berhubungan dengan bencana alam berupa gunung meletus.
Seseorang yang terbiasa melantunkan kidung atau memanjatkan doa dengan bahasa Jawa ini adalah Mbah Marijan. Sosok orang yang dikenal memiliki kepribadian santun dan lebih ramah terhadap siapa saja yang bertamu.
Beliau merupakan salah satu dari orang yang dipercaya untuk menjaga gunung Merapi. Ketika gunung mulai menunjukkan tanda-tanda akan meletus, seketika Mbah Marijan akan mulai mengambil sebuah kendang dan melantunkan kidung tersebut.
Saat ini, beliau sudah berpulang. Namun nama beliau masih selalu diingat oleh masyarakat, khususnya di Jogjakarta. Umumnya, beliau juga dikenal oleh masyarakat luas sampai ke penjuru nusantara.

Kaitannya Kidung Kacer Dengan Doa
Mengulasnya ini agaknya lebih pas bila itu disampaikan oleh yang memiliki wawasan yang luas. Kami hanya akan bagikan cerita pendeknya mengenai kenapa kidung ini berkaitan dengan sebuah doa.
Cerita ini bermula manakala Mbah Marijan masih hidup beberapa tahun silam. Beliau kedatangan ulama bernama Gus Muwafiq.
Ketika gus Muwafiq bertamu ke rumah Mbah Marijan, di saat itu gunung merapi sedang bergetar. Getaran ini menunjukkan tanda-tanda kalau Merapi akan memuntahkan isinya.
Seketika itu, Mbah Marijan yang dipercaya sebagai kuncen merapi langsung jongkok dan meletakkan tangannya ke tanah. Beliaupun terlihat sedang menyenandungkan sebuah tembang macapat. Dengan izin yang maha kuasa, getaran ini berhenti.
Melihat kejadian ini, Gus Muwafiq merasa tertarik dengan apa yang sedang dilakukan Mbah Marijan. Gus Muwafiq menanyakan perihal tembang yang dilantunkan. Dan Mbah Marijan menjawab jika tembang yang dibaca adalah kidung kacer.
Kidung ini dipercaya berasal wewarah atau ajaran yang diturunkan turun-temurun dari Sunan Kalijaga. Seperti diketahui bahwa sunan Kalijaga merupakan salah satu tokoh penyebar agama islam yang mana mengajarkannya dengan balutan tembang yang disukai oleh masyarakat jawa.
Ketika dilantunkan kalimatnya, Gus Muwafiq memahami isi dari tembang tersebut. Tembang ini berasal dari ayat alquran. Tepatnya ialah surat Al-Hasr ayat 21.

Kurang lebih, arti ayat tersebut ialah Kalaulah Kami turunkan Alqur’an ini pada sebuah gunung, pastilah kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah lantaran disebabkan oleh ketakutannya pada Alloh. Dan perumpaman-perumpaan seperti itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Dari ayat ini, tersimpanlah sebuah makna yang mana dipercaya telah diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Orang-orang jawa dahulu tidak langsung diajarkan tentang bagaimana membaca alquran. Hanya diajarkan tentang maknanya supaya memudahkan dalam mengangan-angan atau memikirkannya.
Dari ini juga terlihat bahwa ayat ini juga mengandung makna sebuah harapan yang digantungkan pada yang maha Kuasa. Karena apapun yang terjadi ini tak lepas dari kuasaNya. Makanya, berlindung meminta pertolongan adalah pilihan yang sangat baik.
Apapun yang ada di dunia ini tunduk dengan kekuasaan Alloh. Berbekal keyakinan dan kemauan untuk meminta pertolongan, Allohlah yang akan menjaga dan menyelamatkan umat manusia dari segala macam kondisi.
Sejauh ini, kidung ini dianggap sebagai kidung untuk menundukkan gunung. Dan kidung berbahasa jawa ini berlalu bersama dengan kembalinya Mbah Marijan ke Hadirat yang maha Kuasa saat lahar panas merapi membawa Mbah Marijan berpulang di tahun 2010 silam.
Kesimpulannya, kidung kacer ini merupakan sebuah tembang untuk mengingatkan diri pada kekuasaan Tuhan. Jadi, tidak ada hubungannya dengan burung kacer.